Tidak semua perjalanan berlabuh pada tujuan
Seperti halnya tidak semua aliran air bermuara pada samudranya
Begitupun dengan harapan
Tidak semua impian akan berujung pada pencapaian dan kenyataan."
Kukira semua akan berjalan sesuai apa yang ada dalam anganku.Menjadi mahasiswa sebuah universitas negri ternama, aktif menjadi anggota badan mahasiswa dan menjalankan bisnis jasa yang sudah mulai kurintis, juga berhasil merealese satu buku untuk menuntaskan impianku menjadi writer. Lulus pada tahun yang ditetapkan. Menikah dengan orang yang pantas untuk kucintai. Aku menjadi ibu rumah tangga yang produktif dengan usahanya, dan aktif diberbagai lembaga sosial. Sibuk menjadi writer rangkap dengan public speaker. Atu bahkan, beberapa tahun setelahnya mengajukan diri menjadi walikota yang bermodal gelar sarjana dan pengalaman serta pengabdian. Usia 45 tahun, aku tinggal diam saja dirumah bersama cucu dan anak-anak asuhku. Menghabiskan waktu dengan ibadah dan sedekah. Impian yang sangat jelas.Ya, aku sangat terbiasa dengan ini. Terbiasa untuk memvisualisasikan segudang impian-impian dalam benakku. Memutarnya saat menjelang mata terlelap dan menjadikannya semangat untuk bangun pagi setiap harinya, agar aku bisa merasakannya benar dalam dunia nyata.Setiap kali aku bertemu dengan orang, kuceritakan serentetan impian-impianku, dalam setiap diskusi selalu saja kusebut impian-impianku. Bukan maksud riya' dan pamer. Hanya agar Ia ikut mendoakan segala impianku. Setiap buku yang kupegang, kutulis dengan begitu jelas impian itu, berharap aku terus mengingatnya, dan berharap orang lain akan membaca juga dan kemudian medo'akannya.Bahkan kutulis dengan jelas impian itu tepat di tembok muka musholla rumahku. Agar siapapun yang tengah bertatap muka dengan Tuhan, juga menyelipkan impianku untuk disampaikan kepada Tuhan.Ditangan kiriku, setiap pagi tiada lelahnya kutulis impianku bersama sholawat atas nabiku. Agar aku selalu ingat untuk tetap membaca sholawat, karena ibuk bilang sholawat itu pengantar do'a.Setiap kali aku menghadap Tuhan, tak pernah Ia absen untuk kusebut.Dalam setiap sujud akhir sholatku, selalu saja kuminta agar Tuhan membuat impianku menjadi nyata.Seusai sholatpun, selalu kuantarkan impianku lewat al-fatihah. Bahkan, tak jarang aku meminta dengan memaksa dan berlinangan air mata agar Tuhan benar-benar mengabulkan apa yang kupinta. Saat seisi masjid sudah sepi. Aku tetap duduk dan terus menyebut impianku.Dan saat Tuhan memberikan jawaban, bahwa kehendakNya tak sesuai apa yang ada dalam benakku. Rasanya semuanya menguap tanpa makna. Menunduk setiap harinya, menangis dan kecewa yang begitu hebat. Rasa pesimis dan keinginan untuk terus menatapnya lagi silih berganti menngendap dalam benak.Hingga perlahan pembenaran demi pembenaran terus kucari.
Yang tersisa kini,
tingal kepercayaan bahwa :
"Tuhan selalu menyayangiku, mustahil Tuhan membiarkan
aku berjalan di garis takdirnya tanpa menyertakan makna. Dan Tuhan masih
menyimpan impian itu, dalam kotak yang sangat rapat. Dan aku yakin, Ia akan
memberikannya kepadaku suatu saat nanti diwaktu terbaik menurutNya"
0 comments:
Post a Comment