Yang namanya kapasitas memori manusia itu memang sangat terbatas ya.. Jangankan soal makan, soal hal yang principle dan fundamental sekalipun enggak jarang, seringnya terlupakan. Apalagi, manusia macem Putri yang superduper lupaannya kelewat batas. Makanya, untuk menjaga semua itu saya sukanya nulis, dan sukannya nyimpenin buku. Karena terkadang sesuatu yang pernah kita alami, kita baca sekalipun, kadang bisa menguap entah kemana. Dan makanya juga, itu alasan Putri pengen nikah muda, butuh banget remainder *semoga ada yang peka* abaikan. haha
Ya, layaknya kejadian Jum’at siang
minggu lalu, sebuah buku yang sudah pernah saya baca, kemudian saya tanggalkan
di rak ternyata menyimpan jawaban dari pertanyaan yang berbulan hinggap dalam
benak saya. Padahal buku itu sudah pernah saya baca tuntas habis.
Jadi ceritanya…
Beberapa bulan terakhir ini,
memang tengah ada pertanyaan yang menyelinap dalam benak saya. Seperti halnya
pertanyaan lain, apalah yang ingin dicari oleh pertanyaan kalau bukan sebuah
jawaban?. Sebuah pertanyaan yang mungkin klise banget. Tapi, dari berbagai
obrolan dan diskusi saya belum menemukan jawaban yang tersrek dan tertepat bagi
saya.
Pertanyaan itu menyoal fitrah dan
kodrati perempuan dalam menjemput jodoh *yeyelala*.
Tentang fitrah perempuan yang bisanya cuman memantaskan diri, berdo’a dan menanti.
Saya melihat ini menjadi sesuatu gerak pasif bagi seorang perempuan. Dimana
seperti anggapan public lainnya, bahwa rasanya enggak pantas , atau orang jawa
bilang “saru” kalau sampai seorang
perempuan yang mendahului. Mendahului untuk mengungkapkan perasaan sukanya,
perasaan kagumnya, perasaan cintanya, atau bahkan mendahului untuk mengajukan
diri untuk dinikahi dan lain sebagainya. Sekali lagi ini opini public yang
sudah mengakar, seakan-akan sudah menjadi indikator kebenaran mutlak.
Awalnyapun saya juga bersama dengan anggapan public layaknya diatas. Memang bagaimana mungkin, jika seorang perempuan menyatakan perasaannya terlebih dahulu ? Rasa-rasanya kayak enggak punya harga diri dan enggak laku gitu kan ya ? *ekstrem*. Itu anggapan publik dan anggapan saya -dulu .
Tapi, semakin berkembangnya otak -yeah saya menyadari bahwa saya sebagai seorang perempuan merasakan sebuah ketidakadilan. Seakan ruang gerak perempuan sangat dibatasi. Seorang perempuan hanya bisa menanti untuk dipilih oleh seorang lelaki. Padahal jika dilihat kebelakang, kita –para perempuan dengan para lelaki effort pemantasan dirinya saja sama kok. Lantas, ketika berada pada ujung garis finish, kenapa kita sebagai seorang perempuan hanya bisa dipilih tanpa bisa memilih terlebih dahulu ? Dimana letak keadilan semesta meen? *penuh emosi* haha
Hingga, di Jum’at bersama gerimisnya minggu kemarin. Intuisi saya tergerak untuk mengambil sebuah buku lama yang terjejer manis di rak buku saya, “The Perfect of Muslimah” milik Bang Rifa’i Rif’an. Tiba-tiba saja kebuka dengan sendirinya page about “Menjemput Jodoh”. Kemudian saya membacanya. Sepertinya alam bawah sadar saya tengah berbicara kepada semesta kali ya.. Sampai-sampai dengan otomatisnya insting saya diperjodohkan hari itu dengan buku Bang Rifa’i.
Cover Book-nya The Perfect Muslimah. (Buku yang bikin saya, makin mantep buat nikah muda !) |
Dan SURPRISE ! Berasa tanya saya
selama ini terjawab sudah. Sebenarnya sudah terjawab, cuman rasa-rasanya
semakin kuat dan menguat. Finally, ketemu jawabannya juga ! *ciye petanyaannya ketemu jawaban. Kapan aku
ketemu kamu ? XD*
Di dalam bukunya, Bang Rifa’i menceritakan tentang sebuah kisah seorang teman Abu Syuqqah dari Al Jazair, ketika Ia berkunjung ke Mauritania, ada seorang perempuan yang datang kepadanya menawarkan diri untuk menikah dengannya. Seketika seorang lelaki itu merasa terkejut dan heran dengan apa yang disampaikan oleh perempuan tersebut.
“Bagaimana bisa seorang perempuan menawarkan diri kepada seorang lelaki?” -Pikir lelaki tersebut.Melihat ekspresi lelaki itu, perempuan ini paham dengan apa yang dipikiran seorang lelaki tersebut. Kemudian perempuan itu bertanya :
“Apakah saya mengajak Anda untuk berbuat yang haram? Saya hanya mengajak Anda untuk menikah dengan sunah Allah dan RasulNya”
Kalau saya jadi lelaki itu,
rasanya ngejleb banget lah ya.. Dan
benar, lelaki tersebut speechless dan tanpa berpikir panjang berangkatlah
mereka ke qadhi (pengadilan) untuk segera berakad nikah.
Wow, ya sekeren, sesederhana, dan se-elegant itulah cara perempuan tersebut mematahkan kebenaran publik yang sudah mengakar dengan pertanyaan yang super menampar dan berkualitasnya. Tentang betapa dipandang sebelah matanya bila seorang perempuan yang menyatakan niat dan maksudnya terlebih dahulu kepada seorang lelaki. Wajar saja, bila seorang lelaki tersebut langsung mengajaknya ke qadhi. Mana mungkin seorang lelaki membiarkan dan menyia-nyiakan begitu saja seorang perempuan semacam dia ? Yang jelas, dari sepenggal kisahnya ini saja, saya sudah yakin bahwa seorang perempuan tersebut pasti bukan seorang perempuan yang biasa-biasa aja. She an amazing woman. trust me !
Kalau juga kita membaca sirah Nabawi, bukankah pernikahan Khadijah dengan Rasulullah itu berawal dari inisiatif Khadijah ? Yang meminta tolong kepada sahabatnya untuk mengutarakan niatnya kepada Paman Nabi untuk menikah dengan Nabi ? Kemudian Nabipun menyetujui dan bersama dengan Paman Nabi berkunjung kerumah Khadijah untuk melamar Khadijah .
Dilain sisi, kita juga sudah tau bahwa Khadijah adalah salah satu dari empat perempuan yang dimuliakan oleh Allah disurga. Jadi, sebenarnya agamapun tidak melarang kita para kaum hawa –perempuan untuk menyampaikan dan mengutarakan maksud kita dalam soal menjemput jodoh. Asalkan, tetap berada pada the right track yang sudah Allah tentukan.
Now what ?
Masih minder dan rela begitu saja sebagai seorang muslimah modern keberaniannya kalah telak dengan muslimah di masa lampau ?Haha.. Don’t worry guys, sudah jangan lagi khawatir dengan anggapan public soal yang demikian. Selagi niat kita baik dan Allah ridho atasnya, masih butuh alasan apalagi for go away dan mengungkapkan perasaan kita kepada kaum adam –kalau memang sudah siap dan menemukan yang tertepat?
Sebagai seorang muslimah yang keren, sudah enggak lagi cukup cuman disibukkan memantaskan dan mengkualitas diri menjadi muslimah yang kaffah dan berintegritas, yang cuman bisa sekedar menanti dengan segala perasaan gundah gelisah menunggu sesuatu hal yang enggak pasti. Ketika kalian sudah terpaut dan yakin pada lelaki yang memang baik secara religius, intelektual dan financialnya *lelaki yg merasa mempunyai ketiga hal ini, segera hubungi bapak saya. :D* dan sudah dapat istikharahnya, segera saja sampaikan niat baik kita.
Lagian, yang namanya niat itu akan berbicara dengan sendirinya kepada semesta. Maksudnya bakal kelihatan banget mana yang niatnya baik dan mana yang niatnya kurang baik. Sama halnya dengan kita, bakal kelihatan dan jelas mana seorang muslimah berkualitas yang memang punya niatan tulus untuk mengungkapkan maksudnya lillahita’ala dan seorang perempuan yang memang pantas dianggap sebagai seorang perempuan yang tak berharga diri oleh semesta.
Dan seorang perempuan yang berani mengungkapkan perasaan dan niatannya, pastilah perempuan endemic yang super keren dan super powernya. Enggak sekedar ilmu agama dan pengetahuannya yang ciamik dan otaknya yang cerdas, pasti juga dia adalah seorang perempuan pemberani dan bermental baja yang bakal siap mendampingi seorang suaminya dalam keadaan apapun. Kalau sudah demikian, apalagi yang dubutuhkan ? Dijamin para lelaki bakal nyesel kalau sampai menolak para perempuan macam demikian dengan alasan yang enggak gentleman.
Well, sebagai penutup ada quote dan pesan keren dari Bang Rifa’i Rif’an yang wajib dibaca dan didengar ole para muslimah berkualitas, nih :
“Saudariku, kalian dicipta bukan hanya untuk menanti dipilih oleh para lelaki. Kalian juga berhak memilih. Terkadang ada lelaki saleh yang tak agresif menjemput wanita salehah. Kadang ada beberapa lelaki yang baru tertarik ketika Ia mengetahui ada seorang wanita yang mengharapkannya jadi kekasih halalnya. Apakah kalian tak menyayangkan kesempatan itu ? Jika kalian sudah siap menikah dan ada lelaki yang kalian yakini bisa membimbing, memimpin, menjadi imam yag baik bagimu, sampaikan niatmu untuk menikahinya. Karena barangkali lelaki saleh itu sedang menunggumu. Barangkali lelaki saleh itu masih bimbang menyampaikan padamu, takut kau akan menolaknya.”
Specially for every man who read
this post, must you know that :
“Seberani dan sekeren apapun seorang perempuan. Tetap saja perempuan akan jauh lebih berbahagia bila DIJEMPUT dan DITEMUKAN oleh seorang lelaki yang pemberani, bijaksana dan bertanggung jawab.” -Putri Intifada