Wednesday, November 26, 2014

MABA, yuk NIKAH MUDA !


Sumber: http://lifewords.org/
Hari ini rupanya saya dibuat lupa benar oleh hadirnya hujan. Hujan yang selama ini menjadi pemandangan yang saya nanti selama semusim. Hujan yang selalu saya anggap sebagai si pembawa kebahagiaan dari Allah. Hujan yang saya siasiakan kehadirannya hari ini karena terlalu asyik mendengar ceritanya, daripada mendengar gemercik hujan.


Skenario pada awalnya sih sebenernya hari ini -first meeting Kementrian Pemberdayaan Perempuan BEM adalah membahas tentang planning event bulan depan kami mengenai Mother’s Day. Tapi diluar rencana, justru ada ilmu yang jauh lebih penting, lebih gila, lebih luar biasa yang saya dapat hari ini.

Well, the first dating Kementrian Pemberdayaan Perempuan kali ini membahas tentang konsep acara Mother’s Day, hingga saat masuk pada sesi pembahasan speaker, saya mengajukan sesosok perempuan inspiring saya, perempuan yang diusia 19 tahunnya sudah bergelar seorang istri dan diusia 27 tahunnya saat ini Ia sudah beregalar seorang ibu dari anak lelaki berusia 7 tahun. *pengen banget* 

Ditengah saya bercerita tiba-tiba Mbak Dahlia *bukan nama asli* menyeletuk : 
Mbak Tulip   : “19 tahun menikah ? Wah, sama dong kayak mbak –sebut saja-  Melati” (sambil lirik Mbak Melati)

(suasana menjadi hening dan kaget)

Saya         : “Serius mbak Melati udah nikah?” (nongolin kepala pas dimuka si Mbak Melati)

Mbak Melati   : “Iya dek” (nampangin muka manusia paling bahagia sedunia)

Semua       : (nampangin muka paling melas sedunia, sambil bertanya kepada hening “Gue kapan nikaaaah?”)

Forum rapat jadi heboh dan rame gara-gara kaget dan enggak nyangka sama sekali, kalau mbak Melati sudah bener-bener nikah. Garis mukanya yang masih memperlihatkan wajah remajanya sebagai mahasiswa semester 5 yang tengah berusia 21 tahun, enggak bakal nyangka kalau dia ternyata sudah MENIKAH di Usia 19 tahun. Ya, dia menikah ketika Ia masih menjadi MABA layaknya saya hari ini. Belum usai mendengar cerita dan kisahnya, teman samping saya bilang :
“Do’ain saya.. InshaAllah Februari tahun depan saya juga akan menikah” 
Oh My God. Saya serontak tambah kaget luar biasa. Iya, dia si Mawar yang juga masih sama-sama mengemban jabatan yang sama dengan saya sebagai Staff Muda yang  beberapa minggu lalu saya kenal sebagai seorang perempuan yang pemberani, cuek, tangkas dan sedikit tomboy mendeklarasikan bahwa dirinya akan menikah 3 bulan lagi.  Belum sampai selesai ke –shock-an saya, si Mbak Dahlia bilang : 
“Om Capung *samaran* itu juga udah nikah, istrinya anak Bahasa Inggris, pas dia MABA juga lagi nikahnya. Sekarang anaknya udah mau jalan 2. Istrinya hamil 7 bulan.”
Haaaa… Saya teriak , njerit makin enggak percaya sama forum ini. Sama orang-orang yang ada disini yang gilaaaaa ! Ini jauh lebih gila dari kegilaan yang pernah saya buat.

Dalam keadaan demikian saya hanya bisa mengucap tasbih, tahmid dan takbir saja 
“Subhnallahwalhamdulillah walailaa haillAllah hu Allahu akbar”

Yang saya rasakan adalah sebuah tamparan keras dan cambuk bagi diri saya. Mengingatkan akan impian yang hanya bisa saya sebut dalam do’a saya untuk menjadi salah satu diantara mereka. Menjadi seseorang yang bisa mendapatkan gelar paling keren yakni “ISTRI” diusia 22 tahun. Tapi, seringnya bukan berarti saya lupa, tapi lebih tepatnya mungkin menyepelekan akan impian ini. Seringnya saya masih terlena dengan kehidupan masa remaja pada umumnya, bukan justru menyibukkan diri untuk benar-benar mempersiapkan diri untuk menjemput impian saya. Memantaskan diri, agar impian yang akan menghampiri saya ataupun apa, -sesuai hukum magnetis impian : Ada dua kutub yang saling tarik menarik sehingga akan menciptakan percepatan pencapaian impian. Ah, itulah saya –masihan.

Setelah mendengar kisah Mbak Melati yang sudah bergelar istri, dan si Mawar yang bergelar calon istri -sampai Februari esok, tiba-tiba saja Mbak Dahlia bertanya kepada saya:

Mbak Dahlia  : “Dek Putri seriusan pengen nikah muda?”
Saya             : “Iya mbak.. Usia 22 sih, targetnya”
Mbak Dahlia  : “Kalau sekarang ? Siap enggak ? Mau ?”
Saya             : “Ya, tergantung sama siapa dulu orangnya”
Mbak Dahlia : “Sini CV dek Putri mana, kasih ke mbak. Sudah enggak papa. Kasih ke mbak  Percaya ada kok"


Terhenyak benar dan enggak tahu harus jawab macam gimana di percakapan kali ini. Serontak jantung dan denyut nadi sudah enggak aturan, saling kejar mengejar berharap tidak menjadi denyut yang terakhir dalam sejarah kehidupan saya, alias saya mendadak mati kutu sudah. *sedikit berhiperbola ya..hehe*.  Ada pertarungan dahsyat antara mengiyakan atau menolaknya. Pengen banget, tapi kemudian muncul monolog dengan hati sendiri :
“Seriously, Putri mau nikah? Seriously,  Putri bisa jalani ta'aruf se extreme ini ? Kalau seandainya langsung ada yang mau. Putri maukah menerima?
Kuping hati yang lain mendengar tanya berbeda :
“Kalau nanti ? Emang apa sih yang Putri tunggu ? Pada akhirnyapun nanti ataupun sekarang sama-sama Putri bakal nikah kan? Mau ta terus-terusan galau enggak jelas gitu? Kalau ada yang mau sekarang ya kenapa enggak?”
Sumpahan conversation kali ini sama Mbak Dahlia bikin hati dan pikiran saya benar-benar menjauh dari kuadran ketenangan, yang kemudian bergerak 180 derajat menuju kuadran kegamangan yang saya sendiri tidak bisa menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pergeserannya. Akhirnya percakapan kali ini berakhir dengan jawaban,

tara-tara :


“……………..” 
*tebak sendiri aja ya.hehe*    

Begitulah kerennya Allah, bisanya saya dimasukkan ke lingkungan baru macam ini. Lingkungan baru yang sebagian dari mereka sudah merealisasikan impian yang selama ini saya simpan. Atau setidaknya -saya yakin, sebagian besar dari merekapun disini pasti menyimpan impian yang sama. 

"Sebab yang namanya impian itu menular, energipun menular, semangatpun menular. Dan kemudian yang tercipta adalah gerak menuju langkah impian menjadi semakin cepat karena kesinergitasan dalam lingkaran lingkungan itu sendiri."
 
Dan, ketika saya diterjunkan disini, seperti saya bertanya pada diri sendiri : 
Benarkah bahwa itu pertanda wujud Ridha Allah untuk impian saya yang satu ini ?
Benarkah bahwa ini adalah cara Allah untuk membuat saya  agar selalu teringat dan terpacu untuk merealisasikan impian saya ? 
Benarkah bahwa ini adalah cara Allah agar saya semakin dekat dengan impian saya?

Wallahua’lam Bisshowab.. 

Yang jelas, Allah ingin saya banyak belajar dan mencuri banyak ilmu disini. Allah ingin agar saya menjadi pribadi yang semakin baik dari kehari dimatanya, agar Ia yakin bahwa saya semakin pantas untuk mendapat gelar ISTRI diusia yang saya tetapkan.


“Tiada takdir yang terjadi karena KEBETULAN bagi Allah. Segala yang menjadi takdir pasti sudah melalui pengkajian dan proses pengecekanNya yang kemudian diatur, diperindah seelok mungkin kemudian dijadikan sebagai kemasan yang berisi jutaan MAKNA untuk diambil didalamnya” – Putri Intifada

0 comments:

Post a Comment